Artikel Dunia Pendidikan

SangGuru Hakikat Scientific Approach Atau Pendekatan Saintifics

Hakikat Scientific Approach Atau Pendekatan Saintifics

metode ilmiah) yang pada awalnya banyak digunakan dalam pembelajaran sains atau llmu alam. Saat ini pendekatan saintifik dikembangkan untuk digunakan hampir pada seluruh mata pelajaran, khusus pada kurikulum 2013 pendekatan saintifik pada mata pelajaran
awalnya diterapkan pada mata pelajaran IPA, akan tetapi sekarang berkembang pada mata pelajaran lain, bahkan pembelajaran dengan tematik integratif. Bernard dalam Keyes (2010: 21) menyatakan bahwa
“A scientific method based on three assumptions:(a) that reality is ‘out there’ to be discovered; (b) that direct observation is the way to discover it; and (c) that material explanations for observable phenomena are always sufficient, and that metaphysical explanations are never needed”.
Artinya, metode ilmiah berdasarkan pada 3 asumsi, (a) kenyataan “di luar sana” untuk diketahui, (b) observasi pribadi yaitu cara mengetahui itu, (c) penjelasan wacana hal-hal pada kejadian yang dapat diamati selalu mencukupi dan penjelasan metafisik tidak pernah dibutuhkan. Kaprikornus pada dasarnya metode ilmiah membuat siswa melaksanakan banyak sekali pengalaman mencar ilmu melalui observasi dan menjelaskan hasil pengamatannya.

Metode ilmiah memiliki karakteristik “doing science”. Metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapan-tahapan secara terperinci yang memuat kode untuk siswa melaksanakan acara pembelajaran (Varelas & Ford, 2008: 31).

Scientific Approach dalam Kurikulum 2013

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan scientific approach sebagaimana yang tercantum pada Standar Proses. Metode ilmiah pada pembahasan di atas menjadi dasar dari pengembangan kurikulum 2013 di Indonesia (Atsnan & Gazali, 2013: 54). Scientific approach atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang mengakibatkan scientific sebagai pendekatan ataupun metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan metode scientific (scientific method). Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Scientific approach dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

 Hakikat Scientific Approach Atau Pendekatan Saintifics SangGuru Hakikat Scientific Approach Atau Pendekatan Saintifics

Pembelajaran pada implementasi kurikulum 2013 diperlukan diarahkan semoga penerima didik bisa merumuskan problem (dengan banyak bertanya), bukan hanya menyelesaikan problem dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diperlukan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan hanya mendengarkan dan menghapal semata). Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dalam pembelajaran memiliki langkah-langkah meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Abdul Majid (2014: 211).
Menurut Sudarman (Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013:  205) mengungkapkan bahwa pendekatan scientific approach bercirikan penonjolan pada dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan wacana suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Adapun kriteria ilmiah sebagai berikut.
  1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau daypikir tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau kisah semata.
  2. Penjelasan guru, respon penerima didik, dan interaksi edukatif terbebas dari daypikir yang menyimpang dari alur berpikir logis.
  3. Mendorong dan menginspirasi penerima didik berpikir secara kritis, analistis, dan sempurna dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pelajaran.
  4. Mendorong dan menginspirasi penerima didik untuk bisa memahami, menerapkan, dan menyebarkan contoh pikir yang rasional dan obyektif dalam merespon materi pembelajaran.
  5. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi dari pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titik emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan penerima didik. Dalam scientific approach lebih mengedepankan daypikir secara induktif daripada deduktif. Penalaran induktif fenomena atau situasi spesifik kemudian menarik kesimpulan secara keseluruhan.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan scientific approach (pendekatan ilmiah). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan.

1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Mengamati yaitu menggunakan indera yang dimiliki oleh siswa untuk melihat suatu obyek. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu penerima didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Selama proses pembelajaran, penerima didik dapat melaksanakan observasi dengan dua cara pelibatan diri, yaitu :
  1. Observasi/ pengamatan terstruktur. Pada observasi terstruktur dalam rangka prosespembelajaran, fenomena subjek, objek, situasi apa yang ingin diobservasi oleh penerima didik telah direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru.
  2. Observasi tidak terstruktur. Pada observasi yang tidak terstruktur dalam rangka proses pembelajaran, tidak ditentukan secara baku atau rijid mengenai apa yang harus diobservasioleh penerima didik. Dalam kerangka ini penerima didik membuat ringkasan, catatan, rekaman, atau mengingat hal-hal yang sudah diobservasi.

Berdasarkan Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum (2013: 215), menyatakan bahwa acara mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut ini :
  1. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
  2. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.
  3. Menentukan secara terang data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer atau sekunder.
  4. Menentukan dimana daerah objek yang akan diobservasi.
  5. Menentukan secara terang bagaimana obervasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data semoga berjalan dengan mudah dan lancar.
  6. Menentukan cara dan melaksanakan pencatatan atas hasil observasi, menyerupai menggunakan buku catatan, tape recorder, kamera, dan alat-alat tulislainnya.

2. Menanya
Guru yang efektif bisa menginspirasi penerima didik untuk meningkatkan dan menyebarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada dikala guru bertanya, pada dikala itu pula seorang guru membimbing atau memandu penerima didiknya. Dengan acara menanya, diperlukan siswa :
  1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian penerima didik wacana suatu tema/ materi pembelajaran.
  2. Mendorong dan menginspirasi penerima didik untuk aktif belajar, serta menyebarkan pertanyaan dari dan untuknya sendiri.
  3. Membangkitkan keterampilan penerima didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi balasan secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
  4. Mendorong partisipasi penerima didik dalam berdiskusi, beragumen, menyebarkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan.
  5. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta menyebarkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

3. Menalar
Istilah menalar dalam kurikulum 2013 yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Titik tekan dalam acara menalar ini yaitu penerima didik harus lebih aktif daripada guru. 
Dalam acara menalar siswa :
  1. Melakukan analisis, membandingkan, dan menentukan kekerabatan data.
  2. Membuat dugaan.
  3. Menyimpulkan dari hasil analisis

4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil mencar ilmu yang konkret dan otentik, penerima didik harus mencoba atau melaksanakan percobaan, terutama untuk materi atau subtansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA misalnya, penerima didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik harus mempunyai keterampilan proses untuk menyebarkan pengetahuan wacana alam sekitar, serta bisa menggunakan metode-metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum (2013: 215), semoga pelaksanaan dalam acara “mencoba” dapat berjalan dengan baik maka yang harus dilakukan, antara lain :
  1. Guru hendaknya merumuskan tujuan percobaan yang akan dilaksanakan murid.
  2. Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang digunakan.
  3. Mempertimbangkan daerah dan waktu.
  4. Guru menyediakan langkah kerja sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan.
  5. Guru membicarakan problem yang akan akan dijadikan eksperimen.
  6. Guru membagi kertas kerja kepada siswa.
  7. Murid melaksanakan eksperimen atau percobaan dengan bimbingan guru.
  8. Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya, dan didiskusikan secara klasikal.

Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau “mencoba” dilaksanakan melalui 3 tahap, yaitu :
a. Persiapan
  1. Menentukan tujuan eksperimen.
  2. Mempersiapkan alat dan bahan.
  3. Mempersiapkan daerah eksperimen yang diadaptasi dengan jumlah penerima didik serta alat atau materi yang tersedia. Di sini guru perlu menimbangapakah penerima didik akan melaksanakan eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi beberapa kelompok secara pararel atau bergiliran.
  4. Mempertimbangkan problem keamanan dan kesehatan semoga dapat memperkecil atau menhindari resiko yang timbul.
  5. Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dari tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh penerima didik, termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.
b. Pelaksanaan
  1. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru harus menunjukkan dorongan dan sumbangan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh penerima didik semoga acara tersebut berhasil dengan baik.
  2. Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasukmembantu mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat acara pembelajaran.
c. Tindak Lanjut
  1. Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada guru.
  2. Guru memeriksa hasil ekesperimen penerima didik.
  3. Guru menunjukkan umpan balik kepada penerima didik atas hasil eksperimen.
  4. Guru dan penerima didik mendiskusikan problem atau hal-hal gres yang ditemukan selama eskperimen.
  5. Guru dan penerima didik memeriksa dan menyimpan kembali segala hal materi dan alat yang digunakan.
5. Mengkomunikasikan
Pada acara final yaitu mengkomunikasikan, penerima didik diperlukan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bahu-membahu dalam kelompok atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Pada acara mengkomunikasikan ini guru menunjukkan klarifikasi semoga penerima didik mengetahui secara benar apakah balasan yang telah dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Kegiatan mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai acara konfirmasi. Selain itu, dalam tahap ini juga terdapat acara menyimpulkan dan menyajikan, menyimpulkan dapat dilakukan bahu-membahu dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil acara mengolah informasi sedangkan menyajikan dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis. Laporan tertulis dapat dijadikan sebagai salah satu materi untuk portofolio kelompok dan atau individu dan walaupun peran dikerjakan secara berkelompok, sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh setiap individu semoga dapat dimasukan ke dalam file portofolio penerima didik. 

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa scientific approach secara umum terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Langkah-langkah ini akan menjadi skenario utama dalam proses pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini membuat siswa pribadi berinteraksi dengan materi yang mereka pelajari.
0 Komentar untuk "SangGuru Hakikat Scientific Approach Atau Pendekatan Saintifics"

Back To Top