Contoh Prosedur Pengembangan Instrumen Penilaian atau Assesmen Kinerja Tahan I: Persiapan
belajar akan menghasilkan perilaku terhadap akseptor didik. Namun demikian perubahan perilaku dari akseptor didik tidak selalu kearah baik. Untuk mengetahui setiap perubahan yang dialami oleh akseptor didik tentunya butuh sebuah penilaian. Nah berikut ini ialah contoh pengembangan Instrumen.
Pengembangan dan Penyusunan Assesman
Langkah pertama dalam penelitian ini ialah proses pengembangan dan penyususan assesman berbasis performence. Tahap ini dikembangakan berdasarkan Oriondo dan Antonio terdapat lima tahap yakni persiapan, pengembangan, uji validitas, uji reliabilitas dan uji coba assesman.
I. Tahap Persiapan
Tahapan ini ialah tahapan pertama yakni tahap penetapan dan penyususan bentuk assesman yang akan dibuat dan dikembangkan. Assesman yang dikembangkan ialah assesman berbasis kinerja yang akan diterapkan pada sekolah menengah atas. Pada tahap ini perlu diperhatikan beberapa hal yaitu pengembangan assesman, pembiasaan assesaman dengan tujuan pembelajaran fisika.
Tahapan pendefinisian ialah tahap dengan tujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan di dalam proses pembelajaran. Dalam menetapkan kebutuhan pembelajaran dengan kurikulum yang berlaku, tingkat atau tahap pengembangan siswa, dan kondisi sekolah. Terdapat lima langkah pokok dalam tahap ini, yaitu analisis permasalahan, analisis siswa, analisis konsep, analisis tugas, dan analisis tujuan pembelajaran.
a. Analisis permasalahan
Tahap ini bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan duduk perkara dasar yang dihadapi dalam pembelajaran fisika sehingga diharapkan pengembangan media pembelajaran berupa Assesman berbasis Kinerja yang dapat berbagi kemapuan High Order thiking akseptor didik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di beberapa sekolah, diperoleh informasi bahwa guru sudah melaksanakan pembelajaran dan menggunakan assesman dalam proses mebelajalaran. Namun assesmen yang diginakan belum spesifik tujuannya dan hanya mencakup kemampaun padatingkatan Low Order Thinking.
Penggunaan ini tidak berbagi akseptor didik pada ranah High order thinking, sedangkan duduk perkara yang dihadapi oleh akseptor didik ialah duduk perkara kontekstual yang membutuhkan kemampuan high order thiking dalam proses penyelesaiana masalah. Dalam upaya berbagi assesman berbasi kinerja terdapat banyak faktor yang mensugesti kemampaun high order thinking akseptor didik. Berdasarkan kajian pustaka yang telah disusun fakot ryang memempengaruhi ialah (1) Motivasi belajar, (2) kemapuan matematika awal akseptor didik, dan (3) Pada tingkat berfikir yang lebih tinggi, Gender jug aturut mengambil peran pada kemmapuan berfikir high order thiking akseptor didik. Oleh karen aitu pengembangan assesman berbasi kinerja disusun dengan mempertimbangakan ketiga aspek.
b. Analisis siswa
Tahap ini merupakan telaah karakteristik siswa. Karakteristik siswa ialah keseluruhan pola kelakuan kemampuan yang ada pada siswa sebagai kelas XI berada pada taraf tingkat operasinal formal yang hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola acara dalam meraih cita- citanya. Pada tahap operasional formal, anak sudah mulai berpikir abstrak, terutama pada belum dewasa yang cerdas. Kemampuan berpikir abnormal meliputi semua kemapuan berpikir pada tahap operasional sebelumnya yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun), tahap pra- operasional (2-7 tahun), dan tahap operasional (7-11 tahun). Selain itu, kemampuan ini ditambahkan dengan kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan sebelumnya dan struktur berpikir yang baru.
Usia pada tahapan operasional formal merupakan usia operasi mental yang dapat memikirkan bentuk-bentuk simbolik dan ditampilkan atas pemikiran-pemikiran sebagai suatu benda yang konkrit, perbandingan, kontras, deduksi, dan inferensi pemikiran dapat dilakukan lebih dari hal- hal dan keadaan konkrit, relasi antar dan antara simbol untuk kepentingan pembangun konsep dari hal-hal yang belum pernah dialami secara langsung, dapat dimengerti (abstraksi).
Pada dasarnya berguru dengan melibatkan objek sebetulnya secara eksklusif akan lebih mudah ditangkap atau diserap dan lebihtahan lama dalam ingatan siswa. Penggunaan media yang dapat menampilkan obyek sebetulnya akan sangat membantu siswa dalam belajar.
c. Analisis tugas
Tahap ini merupakan kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran dengan merinci isi materi didik secara garis besar. Hasil dari analisis peran dan tujuan pemblejaran yang diintegrasikan dengan assesman berbasis kinerja denga terlebih dahulu mempertimbangakn aspek tujuan psikomotorik dan kognitif kompetensi dasar yang harus dipenuhi oleh akseptor didik.
d. Analisis konsep.
Tahap ini merupakan identifikasi konsep- konsep utama yang akan diajarkan dan meyusun secara sistematis serta mengkaitkan suatu konsep dengan konsep yang relevan, sehingga membentuk suatu peta konsep. Pada dasarnya konsep-konsep yang tedapat dalam peta konsep saling berkaitan secara keseluruhan. Dengan demikian, akseptor didik mudah memahami konsep-konsep yang dibahas, maka konsep-konsep tersebut perlu di urutkan sehingga sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa pada pembelajaran atau pertemuan sebelumnya.
e. Analisis tujuan pembelajaran
Hasil analisis peran dan analisis konsep digunakan sebagai pola untuk merumuskan indikator pencapaian hasil berguru dan tujuan pembelajaran, sebagai pembagian terstruktur mengenai dari kompetensi dasar. Perumusan tujuan pembelajaran merupakan dasar untuk mendesain perangkat pembelajaran dan penyusunan tes.
0 Komentar untuk "SangGuru Contoh Prosedur Pengembangan Instrumen Penilaian atau Assesmen Kinerja Tahap Persiapan"