Artikel Dunia Pendidikan

SangGuru Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling

Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling

. Sampel atau contoh secara sederhana dapat diartikan sebagai adegan dari populasi yang mewakili secara keseluruhan sifat dan abjad dari populasi. Sebagai gambaran sederhana sampel dibutuhkan sebagai pola untuk memberi gambaran sederhana menyerupai seseorang yang membeli rambutan. Seorang pembeli yang pintar biasanya akan memilih secara rambang (Random) dari rambutan yang dijajakan untuk menghindari adanya kecurangan yang dilakukan oleh pedagang. Rasa buah rambutan yang dicicipi akan menjadi alat tafsiran mengenai rasa seluruh rambutan yang ada.

Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada penerima didik, mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari objek biasanya memiliki volume yang cukup besar selanjutnya disebut populasi penelitian.  Volume yang cukup besar ini kemudian dapat diamati dengan menarik beberapa sampel yang mewakili populasi dengan alasan yang banyak sekali macam tentu saja dengan tujuan yang utama yaitu terlaksana sebuah penelitian dengan benar sehingga jikalau desain dari sebuah penelitian mengharuskan penggunaan populasi, maka pengambilan sampel tidak diperbolehkan dan begitu pula sebaliknya, sebuah penelitian yang tidak memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh populasi maka pengambilan sampel penelitian yaitu sebuah keharusan.
 Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling SangGuru Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling
Sumber Gambar : Wikipedia.org


A. Definisi Sampel

Sampel yaitu adegan dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari populasi dengan kata representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung pada pada keterwakilan abjad dari sampel. Sebagai contoh pada penelitian menganai golongan darah, tentu saja tidak perlu memasukkan seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan utnuk mengetahui golongan darah yang ada di adegan kaki, kepala atau tangan dari pasien.

Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi sehingga ada aturan baku mengani sampel minum yang harus diambil dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari sampel yang diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli di kabupaten Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari populasi tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas, pada sebuah penelitian yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel minimal harus diubahsuaikan dengan jenis analisis statistik yang digunakan terutama untuk distribusi data dari sampel.

B. Tujuan Pengambilan Sampel

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada sebuah penelitian hanya dilakukan jikalau sampel yaitu sebuah keharusan. Dasar yang digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan bersifat konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga sampel yaitu satu-satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan pengambilan sampel yaitu sebagai berikut:

1. Percobaan yang bersifat merusak

Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil seminimal mungkin biar dapat menekan resiko selama percobaan dilaksanakan. Hal yang paling baik digunakan sebagai contoh dalam kasus ini yaitu uji glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan ternak di kabupaten Sleman terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian darah digunakan seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam dalam dapat diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jikalau mengambil sebagian darah dari pasien.

Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan kemudian dicukupkan hingga seluruh karakteristik dari populasi.

2. Masalah Teknis Penelitian

Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan menghasilkan data yang lebih variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang digunakan semakin baik namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait problem teknis penelitian yakni terkait problem dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti harus pandai melihat kondisi data yang diambil, pada ketika data sudah jenuh atau tidak menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data dihentikan karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus tertentu beberapa peneliti bahkan bermasalah pada proses memasukkan data karena jumlah sampel yang berlebih.

Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis yaitu data penelitian. Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari rantang 100 hingga dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari setiap item namun jikalau sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500 atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden menjadi sia-sia.

C. Syarat Pengambilan Sampel

Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean pertimbangan pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni

1. Presisi

Presisi dari sampel yaitu pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin muncul dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu cara untuk estimasi data ini yaitu melihat standar deviasi dari data yang ada. Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh rata-rata penghasilan di perumahan A yaitu Rp 25.500.000 yang didapatkan dari dua orang sampel dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan julah sampel yaitu salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis data.

2. Akurasi

Akurasi mengacu kepada sifat dan abjad dari sampel yang digunakan. Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat teoritik. Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai dengan keadaan populasi karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus memiliki kemampuan untuk mengetahui secara detail abjad dari setiap sampel yang digunakan dan diubahsuaikan dengan abjad dari populasi.

Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel menyerupai kasus penelitian terhadap pengaruh jam berguru di luar jam sekolah di kabupaten A. Sebuah sekolah khusus menyerupai proyek pemerintah atau boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya abjad yang berbeda dari populasi secara keseluruhan.

D. Ukuran Sampel

Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam penelitian yang bersifat psikologi menyerupai pada penelitian pendidikan, Semakin besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari karakteristik peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik. Sebagai contoh jikalau penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua grouph dengan satu variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi normal yaitu untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari 30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak lebih dari 60 data.

Beberapa andal memperlihatkan gambaran mengenai jumlah sampel yang berbeda-beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya dijadikan pola untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat beberapa andal mengenai jumlah sampel

Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan administrasi memperlihatkan sara ukuran sampel minimal

  1. Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum yaitu 10% dari populasi
  2. Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
  3. Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek per group
  4. Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per group
Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan menyarankan
  1. Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel
  2. Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel
  3. Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group
  4. Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group
Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :
  1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 yaitu sempurna untuk kebanyakan penelitian
  2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori yaitu tepat
  3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
  4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses yaitu mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 hingga dengan 20
Isaac dan Michael memperlihatkan gambaran mengenai metode pengambilan sampel diubahsuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%, dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan

Keterangan:



Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan
rumus :       

keterangan :

Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan oleh peneliti dengan asumsi terpenuhi karakteristik dari populasi, diubahsuaikan dengan jenis statistik yang digunakan dan menggunakan jumlah sampel jenuh paling sedikit.


E. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling

Teknik sampling yaitu sebuah metode atau cara yang dilakukan untuk menentukan jumlah dan anggota sampel. Setiap anggota tentu saja wakil dari populasi yang dipilih setelah dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter. Teknik sampling yang digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari penelitian.

Populasi terdiri dari sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas. Ada banyak variasi variabel yang melekat pada masing-masing individu. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari individu menyerupai halnya wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, budaya atau gaya hidup dalam suatu tempat tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang memiliki sifat determinan yang berulang pada populasi jadinya membentuk abjad dari populasi secara umum. Berdasarkan abjad ini, dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel dari populasi tidak bisa dilakukan begitu saja namun dibutuhkan suatu teknik biar sampel yang ditarik tetap representatif

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling yaitu seluruh variabel yang berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan karena individu dengan kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan tentu saja menghipnotis distribusi data yang ada. Kesesuaian karakteristik daerah, tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga perlu dipertimbangkan dalam memilih teknik sampling yang sesuai

F. Jenis dan Metode Sampling

Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun Probability sampling menurut Sugiyono yaitu teknik sampling yang memperlihatkan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan Nonprobability sampling menurut Sugiyono yaitu teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

1) Probability sampling
Probability sampling menuntut bergotong-royong secara ideal peneliti telah mengetahui besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok unsur harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis Probability sampling yaitu sebagai berikut :

a) Simple random sampling
Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling yaitu metode penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk terpilih atau terambil.

Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi  dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126) menyatakan bahwa  simple random sampling yaitu teknik untuk menerima  sampel yang eksklusif dilakukan pada unit sampling. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak terlalu besar.  Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa agenda  S1 (unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak  150 orang dari populasi  tersebut, digunakan teknik  ini,  baik dengan cara undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)

b) Proportionate stratified random sampling
Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berstrata. Menurut  Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari banyak sekali latar belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Populasi berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan SMA, 15 orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara proporsional.

c) Disproportionate stratified random sampling
Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan denan kelompok S1, SMU dan SMP.

d) Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)
Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling tempat digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.

Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi. Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh tersebut dikemukakan oleh Sugiyono sedangkan contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap populai pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan eksklusif pada semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.


Teknik sampling tempat ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada tempat itu secara sampling juga. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

 Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling SangGuru Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling


Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)

2) Nonprobability sampling

Non Probability sampling yaitu sebuah teknik sampling yang tidak memperhatikan banyak variabel dalam penarikan sampel. Sampel-sampel dari Nonprobability Sampling juga disebut sebagai subjek penelitian dimana hasil dari uji yang dilakukan pada sampling tidak memiliki hubungan dengan populasi. Tujuan penggunaan teknik sampling ini lebih banyak melekat pada materi yang diujikan sedangkan pada random samplin atau probability Sampling, tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi pada populasi yang diujikan.

a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 hingga dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil  saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel yaitu 5, 10, 15, 20 dan seterusnya hingga 100.

b) Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa  sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu hingga jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127) dalam  teknik  ini  jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memperlihatkan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan eksklusif pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi, pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melaksanakan penelitian terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

c) Sampling aksidental
Sampling aksidental yaitu teknik penentuan sampel  berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 27) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti eksklusif mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian perihal pendapat umum mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga  negara yang telah remaja sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data eksklusif dari setiap orang remaja yang dijumpainya, hingga jumlah yang dibutuhkan terpenuhi.

d) Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan  pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128),  pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling  didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang akrab dengan ciri-ciri populasi yang sudah  diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang  dihubungi diubahsuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang  diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan melaksanakan penelitian perihal disiplin pegawai maka sampel yang dipilih yaitu orang yang memenuhi kriteria-kriteria kedisiplinan pegawai.

e) Sampling jenuh
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh yaitu  teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi  digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila  jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah  lain sampel jenuh yaitu sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f) Snowball sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel  yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah  sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)


Sumber Bacaan dan Referensi

Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan Publishing Company, New York

Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. anderson, R.L.Tatham, (2006). Multivariate Data Analysis, 6  Ed., New Jersey : Prentice Hall

Karlingger, Fred N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM

Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta
Tag : Penelitian
0 Komentar untuk "SangGuru Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling"

Back To Top