Artikel Dunia Pendidikan

SangGuru Definisi Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor Prestasi Belajar

Definisi Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor Prestasi Belajar

Presasi berguru terkadang disama artikan dengan dengan hasil belajar. Berdasarkan suku kata, Presati dan berguru memiliki makna yang berbeda dan saling berkaitan erat. Pada umumnya prestasi akan muncul setelah melaksanakan sebuah pembelajaran. Setia proses pemebalajaran akan menghasilkan presati berguru hanya saja sangat berberda dari segi kualitas dan quantitas untuk setiap individu yang melaksanakan kegiatan belajar.

Prestasi sendiri memiliki makna hasil dari suatu kegiatan yang memiliki makna, kegiatan yang dilakukan dapat beruapa usaha, upaya, menciptakan baik dilakukan sendiri-sendiri maupun dilakukan secara berkelompok. Berdasarkan asala katany apresatsi berasal dari bahasa belanda yakni prestatie, yang berbarti hasil dari apa yang diupayakan.

Berdsaran pejnelasan diatas prestasi tidak mungkin didapatkan oleh seseorang yang tidak melaksanakan usaha. Usaha yang dilakukan harus dalam bentuk upaya yang sungguh-sungguh. Hasil atau prastasi yang didapatkan akan sebanding dengan upaya yang dilakukan. Sehingga prestasi yakni bukti otentik dan representatif terhadap apa yang telah diupayakan.

Para andal menunjukkan interpretasi yang berbeda ihwal prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum mereka sepakat bahwa prestasi berguru yakni “hasil” dari suatu kegiatan Wjs. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi yakni hasil yang telah dicapai (dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat bahwa prestasi yakni apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan, sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi yakni penilaian pendidikan ihwal perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.( Ibid. Hlm 19-21)

Sementara berguru yakni proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang berkat pengalaman dan pelatihan, dimana penyaluran dan pelatihan itu terjadi melalui interaksi antara individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun limgkungan social. (Hamalik. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi Bandung : Sinar Baru.1991.hlm 16) Menurut Sardiman A.M berguru sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik menuju ke perkembangan eksklusif insan seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. (Sardiman. Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.1994 hlm 22-23)

Menurut Gagne berguru yakni seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan ihwal informasi menjadi kapabilitas baru. (Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta. 1999 Hlm 10) Belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil dari berguru itu dapat berupa kapabilitas baru. Artinya, setelah seseorang berguru maka ia akan mempunyai keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai sebagai jawaban dari proses berguru tersebut. Timbulmya kapabilitas tersebut yakni stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh orang yang belajar.

Menurut Hilgard dan Bower berguru bekerjasama dengan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tertentu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.

Gagne, dalam buku The Conditions of Learning menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mensugesti siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

Menurut Morgan berguru yakni setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan pengalaman. Witherington juga mengemukakan berguru yakni suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu contoh gres dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.

Dari definisi diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian ihwal belajar, yaitu bahwa:
  1. Belajar dapat diartika sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku atau contoh pikir, dimana perubahan itu dapat mengarah pada perubahan tingkah laku yang lebih baik. Karena berguru adlah sesuatu yang bersifat positif hasil dari perubahan jug aselalu bersifat menunjukkan aksesori pengetahuan. 
  2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalaui sebuah proses, latihan atau pengalaman dan perubahan itu relatif menetap dan berkesan, sehingga pengalaman berguru yang didapatkan dapat di panggil kapan saja.
  3. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena berguru menyangkut banyak sekali aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
  4. Hakekat berguru yakni suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses berguru dapat ditunjukkan dengan banyak sekali bentuk ibarat berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, dan aspek-aspek lain yang ada pada individu tersebut.
Setelah menelusuri definisi dari prestasi dan belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi pada dasarnya yakni hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan berguru yakni suatu proses yang menimbulkan adanya perubahan dalan diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi berguru yakni hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang menimbulkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari acara dalam belajar. (Ngalim, Purwanto. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Karya. 1988 Hlm 85-87)

Pengertian Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan peran atau kegiatan tertentu (Tu’u 2004:75). Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Prestasi berguru merupakan penguasaan terhadap mata pelajaran yang ditentukan lewat nilai atau angka yang diberikan guru. Berdasarkan hal ini, prestasi berguru dapat dirumuskan :

  • Prestasi berguru yakni hasil berguru yang dicapai ketika mengikuti, mengerjakan peran dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
  • Prestasi berguru tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.
  • Prestasi berguru dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.
  • Jadi prestasi berguru berfokus pada nilai atau angka yang dicapai dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut dinilai dari segi kognitif karena guru sering memakainya untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai pencapaian hasil berguru siswa.


Menurut Sudjana (1990:23), mengatakan “diantara ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, maka rana kognitif sering dinilai para guru di sekolah”

Faktor-faktor yang menghambat prestasi berguru siswa

Menurut Kartono Kartini dalam Tulus Tu’u (2004:83), faktor-faktor yang menghambat prestasi berguru siswa antara lain :
a. Penghambat dari dalam
Penghambat dari dalam meliputi :

1. Faktor kesehatan

Siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan anak tertinggal pelajarannya. Karena itu, orang renta harus memperhatikan kesehatan anak-anaknya dengan makanan yang bergizi.

2. Faktor kecerdasan

Siswa dengan kecerdasan yang kurang menyebabkan siswa tersebut lambat dan akan tertinggal dari teman-temannya. Hasil yang dicapai tidak optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mensugesti cepat lambatnya kemajuan berguru siswa.

3. Faktor perhatian

Perhatian disini terdiri dari perhatian di sekolah dan di rumah. Perhatian berguru di rumah sering terganggu dengan program televisi, kondisi keluarga dan rumah sedangkan perhatian berguru disekolah sering terganggu dengan suasana pembelajaran,serta kurangnya konsentrasi. Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik terhadap hasil belajar.

4. Faktor minat

Minat merupakan kecenderunagn yang tinggi terhadap sesuatu. Apabila pembelajaran yang dikembangkan guru tidak menimbulkan minat, akan membuat siswa tidak sungguh-sungguh dalam berguru sehingga hasil berguru yang dicapai tidak optimal.

5. Faktor bakat

Bakat yakni potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa semenjak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi berguru yang dicapai tidak optimal.

b. Penghambat dari luar

Penghambat dari luar meliputi :

1. Faktor keluarga

Faktor-faktor tersebut berupa faktor orang renta misalnya cara orang renta mendididk yang kurang baik, teladan yang kurang, faktor suasana rumah yang ramai an sering cekcok; faktor ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, misalnya metode yang kurang variatif dan membosankan siswa; faktor hubungan antara guru dan siswa yang kurang dekat, faktor siswa, faktor guru yang kurang pengguasaan terhadap materi, faktor sarana di sekolah ibarat buku-buku yang kurang, lingkungan yang ramai. Semua itu mengganggu siswa mencapai prestasi yang baik.

3. Faktor disiplin sekolah

Disiplin sekolah yang tidak ditegakkan dengan baik akan kuat negatif terhadap proses berguru anak. Misalnya siswa yang terlambat dibiarkan saja tanpa adanya hukuman.


4. Faktor masyarakat

Faktor media massa ibarat program televisi yang mengganggu waktu belajar, faktor sobat bergaul yang kurang baik, merupakan faktor yang paling banyak memepengaruhi prestasi dan perilaku siswa.

5. Faktor lingkungan tetangga

Misalnya tetangga yang pengangguran, pencuri, penjudi, peminum merupakan lingkungan yang dapat bergaul terhadap hasil berguru siswa.

6. Faktor acara organisasi

Jika siswa mempunyai banyak acara organisasi selain menunjang hasil belajar, dapat juga menganggu hasil berguru kalau tidak dapat menggatur waktu dengan baik.

Pengertian Prestasi berguru yakni sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan berguru mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam memahami lebih mendalam ihwal pengertian prestasi berguru itu sendiri. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan berguru menurut para ahli.

Prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi yakni apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, terang terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi yakni hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Menurut Slameto (1995 : 2) bahwa berguru yakni suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang gres secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian berguru sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman ihwal hakekat dari acara berguru yakni suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi berguru yakni hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi berguru merupakan hasil yang menimbulkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari acara dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi berguru yakni hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses berguru mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)

Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (1995 : 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan.
a. Faktor Jasmani

Dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh.

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan sangat kuat terhadap proses berguru siswa, kalau kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, kalau keadaan badannya lemah dan kurang darah ataupun ada gangguan kelainan alat inderanya.
2. Cacat tubuh

Cacat tubuh yakni sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya mengenai tubuh atau badan. Cacat ini berupa buta, setengah buta, tulis, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lain-lain (Slameto, 2003 : 55).
b. Faktor psikologis

Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan.

1. Intelegensi
Slameto (2003: 56) mengemukakan bahwa intelegensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang gres dan cepat efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abnormal secara efektif, mengetahui korelasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2. Perhatian
Menurut al-Ghazali dalam Slameto (2003 : 56) bahwa perhatian yakni keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu benda atau hal atau sekumpulan obyek.

Untuk menjamin berguru yang lebih baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap materi yang dipelajarinya. Jika materi pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa berguru dengan baik, usahakan buku pelajaran itu sesuai dengan hobi dan bakatnya.

3. Bakat
Menurut Hilgard dalam Slameto (2003 : 57) bahwa bakat yakni the capacity to learn. Dengan kata lain, bakat yakni kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi pencapaian kecakapan yang positif sesudah berguru atau terlatih. Kemudian menurut Muhibbin (2003 : 136) bahwa bakat yakni kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

4. Minat
Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996 : 214) bahwa minat yakni menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat besar pengaruhnya terhadap acara berguru siswa, siswa yang gemar membaca akan dapat memperoleh banyak sekali pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mensugesti peningkatan atau pencapaian prestasi berguru siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.

5. Motivasi
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat yakni motivasi itu sendiri sebagai daya pencetus atau pendorongnya.

6. Kematangan
Menurut Slameto (2003 : 58) bahwa kematangan yakni sesuatu tingkah atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap melaksanakan kecakapan baru.

Berdasarkan pendapat di atas, maka kematangan yakni suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang apabila dalam diri makhluk telah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing kematang itu datang atau tiba waktunya dengan sendirinya, sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil kalau anak itu sudah siap atau matang untuk mengikuti proses berguru mengajar.

7. Kesiapan 
Kesiapan menurut James Drever ibarat yang dikutip oleh Slameto (2003 : 59) yakni preparedes to respon or react, artinya kesediaan untuk menunjukkan respon atau reaksi.

Jadi, dari pendapat di atas dapat diasumsikan bahwa kesiapan siswa dalam proses berguru mengajar, sangat mensugesti prestasi berguru siswa, dengan demikian prestasi berguru siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam mendapatkan suatu mata pelajaran dengan baik.

c. Faktor kelelahan
Ada beberapa faktor kelelahan yang dapat mensugesti prestasi berguru siswa antara lain dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Sebagaimana dikemukakan oleh Slameto (1995:59) sebagai berikut:

“Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena ada substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah kurang lancar pada episode tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat terus menerus karena memikirkan duduk perkara yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa, tidak sesuai dengan minat dan perhatian”.

Dari uraian di atas maka kelelahan jasmani dan rohani dapat mensugesti prestasi berguru dan semoga siswa berguru dengan baik haruslah menghindari jangan hingga terjadi kelelahan dalam belajarnya ibarat lemah lunglainya tubuh. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan rohani ibarat memikirkan duduk perkara yang berarti tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena terpaksa tidak sesuai dengan minat dan perhatian. Ini semua besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi berguru siswa. Agar siswa selaku pelajar dengan baik harus tidak terjadi kelelahan fisik dan psikis.

2. Faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern)

Faktor ekstern yang kuat terhadap prestasi berguru dapatlah dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 1995 : 60).

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mensugesti dari keluarga antara lain: cara orang renta mendidik, korelasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

1. Cara orang renta mendidik

Cara orang renta mendidik besar sekali pengaruhnya terhadap prestasi berguru anak, hal ini dipertegas oleh Wirowidjojo dalam Slameto (2003 : 60) mengemukakan bahwa keluarga yakni lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan negara.

Dari pendapat di atas dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang mendidik anaknya akan kuat terhadap belajarnya.

2. Relasi antar anggota keluarga
Menurut Slameto (2003 : 60) bahwa yang penting dalam keluarga yakni korelasi orang renta dan anaknya. Selain itu juga korelasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mensugesti berguru anak. Wujud dari korelasi yakni apakah ada kasih sayang atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap hirau tak acuh, dan sebagainya.

3. Keadaan keluarga
Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mensugesti prestasi berguru anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu ibarat kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap duduk perkara sosial dan realitas kehidupan.

Berdasarkan pendapat di atas bahwa keadaan keluarga dapa mensugesti prestasi berguru anak sehingga faktor inilah yang menunjukkan pengalaman kepada anak untuk dapat menimbulkan prestasi, minat, sikap dan pemahamannya sehingga proses berguru yang dicapai oleh anak itu dapat dipengaruhi oleh orang renta yang tidak berpendidikan atau kurang ilmu pengetahuannya.

4. Pengertian orang tua
Menurut Slameto (2003 : 64) bahwa anak berguru perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang berguru jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang renta wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.

5. Keadaan ekonomi keluarga
Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan berguru anak. Anak yang sedang berguru selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, derma kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan akomodasi berguru ibarat ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.

6. Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mensugesti sikap anak dalam berguru (Roestiyah, 1989: 156). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, semoga mendorong tercapainya hasil berguru yang optimal.

7. Suasana rumah
Suasana rumah sangat mensugesti prestasi belajar, hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2003 : 63) yang mengemukakan bahwa suasana rumah merupakan situasi atau kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana belum dewasa berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, bising dan semwarut tidak akan menunjukkan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.

Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akhirnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.
b. Faktor sekolah

Faktor sekolah dapat berupa cara guru mengajar, ala-alat pelajaran, kurikulum, waktu sekolah, interaksi guru dan murid, disiplin sekolah, dan media pendidikan, yaitu :

1. Guru dan cara mengajar
Menurut Purwanto (2004 : 104) faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada belum dewasa didiknya turut menentukan hasil berguru yang akan dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (2006 : 39) mengajar pada hakikatnya yakni suatu proses , yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melaksanakan proses belajar.

Dalam kegiatan belajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menhidupkan dan menunjukkan motivasi, semoga terjadi proses interaksi yang kondusif. Dengan demikian cara mengajar guru harus efektif dan dimengerti oleh anak didiknya, baik dalam menggunakan model, tehnik ataupun metode dalam mengajar yang akan disampaikan kepada anak didiknya dalam proses berguru mengajar dan diubahsuaikan dengan konsep yang diajarkan berdasarkan kebutuhan siswa dalam proses berguru mengajar

2. Model pembelajaran
Model atau metode pembelajaran sangat penting dan kuat sekali terhadap prestasi berguru siswa, terutama pada pelajaran matematika. Dalam hal ini model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak hanya terpaku pada satu model pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang diubahsuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa, terutama pada guru matematika. Dimana guru matematika harus bisa menilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran. Adapun model-model pembelajaran itu, misalnya : model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, realistik matematika problem solving dan lain sebagainya.

Dalam hal ini, model yang diterapkan yakni model kooperatif tipe STAD, dimana model atau metode ini kuat terhadap proses berguru siswa dan dapat meningkatkan prestasi berguru siswa

3. Alat-alat pelajaran
Untuk dapat hasil yang tepat dalam belajar, alat-alat berguru yakni suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi berguru siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium, dan sebagaianya.
Menurut Purwanto (2004 : 105) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diharapkan untuk berguru ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat berguru anak.

4. Kurikulum
Kurikulum diartikan sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu sebagian besar menyajikan materi pelajaran semoga siswa menerima, menguasai dan menyebarkan materi pelajaran itu. Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa kurikulum yang tidak baik akan kuat tidak baik terhadap proses berguru maupun prestasi berguru siswa.
5. Waktu sekolah
Waktu sekolah yakni waktu terjadinya proses berguru mengajar di sekolah, waktu sekolah dapat pagi hari, siang, sore bahkan malam hari. Waktu sekolah juga mensugesti berguru siswa (Slameto, 2003 : 68).

6. Interaksi guru dan murid
Menurut Roestiyah (1989 : 151) bahwa guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses berguru mengajar itu kurang lancar. Oleh karena itu, siswa merasa jenuh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif di dalam belajar.

7. Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam berguru (Slameto, 2003 : 67). Kedisiplinan sekolah ini misalnya mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan pelaksanaan tata tertib, kedisiplinan pengawas atau karyawan dalam pekerjaan manajemen dan keberhasilan atau keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman, dan lain-lain.

8. Media pendidikan
Kenyataan ketika ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belaajr anak dalam jumlah yang besar pula (Roestiyah, 1989 : 152). Media pendidikan ini misalnya ibarat buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media lainnya yang dapat mendukung tercapainya prestasi berguru dengan baik.

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor yang mensugesti terhadap prestasi berguru siswa antara lain sobat bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya.

1. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Menurut Slameto (2003 : 70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau siswa ambil episode dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih kalau tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
2. Teman Bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik menyebarkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan hingga mendapatkan sobat bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah kuat terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Menurut Slameto (2003 : 73) semoga siswa dapat belajar, sobat bergaul yang baik akan kuat baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, sobat bergaul yang jelek perangainya pasti mensugesti sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan semoga siswa memiliki sobat bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang renta dan pendidik harus bijaksana.

3. Cara Hidup Lingkungan

Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah, 1989 : 155). Hal ini misalnya anak tinggal di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan kuat rajin juga tanpa disuruh.

 Presasi berguru terkadang disama artikan dengan dengan hasil berguru SangGuru Definisi Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor Prestasi Belajar

Faktor eksternal ini dapat menimbulkan pengaruh positif antara lain dilihat dari 

1. Ekonomi keluarga menurut Slameto (1993), bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan berguru anak. Anak yang sedang berguru selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, derma kesehatan dan lain-lain. Juga membutuhkan akomodasi berguru ibarat ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku dan lain-lain. Fasilitas berguru itu hanya dapat terpenuhi kalau keluarga mempunyai cukup uang.

2. Guru dan cara mengajar
Guru yakni salah satu faktor penting yang dapat mensugesti prestasi belajar. Kebanyakan penerima didik menjadi guru sebagai idola awal dalam menentukan ketertarikan sesroang terhadap bidang kajian tertentu. Semisal penulis sendiri menyuikai fisika disebabkan oleh guru fisika pertama yang ditemui sangat mengajar dengan cara menarik, sehingga penulis tertarik dan memulai mencari pengetahuan sendiri mengenai fisika. Hal ini tentunya jug abergantung oleh cara mengajar guru itu sendiri.

3. Interaksi guru dan murid
Interaksi guru dan murid dapat mensugesti juga dengan prestasi belajar, karena interaksi yang lancar akan membuat siswa itu tidak merasa segan berpartisipasi secara aktif di dalam proses berguru mengajar.

4. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegaiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan keagamaan, dan lain-lain.

5. Teman bergaul
Anak perlu bergaul dengan anak lain untuk menyebarkan sosialisainya karena siswa dapat berguru dengan baik apabila sobat bergaulnya baik tetapi perlu dijaga jangan hingga mendapatkan sobat bergaul yang buruk perangainya.

6. Cara hidup lingkungan
Cara hidup tetangga di sekitar rumah besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak (Roestiyah 1989 : 155). Hal ini misalnya anak yang tinggal di lingkungan orang-orang yang rajin berguru otomatis anak tersebut akan kuat rajin berguru tanpa disuruh.
Faktor eksternal yang dapat menimbulkan pengaruh negatif bagi prestasi anak adalah:

a. Cara mendidik

Orang renta yang memanjakan anaknya, maka setelah anaknya sekolah akan menjadi anak yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan atau kesulitan. Juga orang renta yang mendidik anaknya secara keras maka anak tersebut manjadi penakut dan tidak percaya diri.

b. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intern menyebabkan proses balajar mengajar menjadi kurang lancar juga anak merasa jauh dari guru maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajarnya. Guru yang mengajar bukan pada keahliannya, serta sekolah yang memiliki akomodasi dan sarana yang kurang memadai maka bisa menyebabkan prestasi belajarnya rendah.
Tag : Pendidikan
0 Komentar untuk "SangGuru Definisi Prestasi Belajar dan Faktor-Faktor Prestasi Belajar"

Back To Top