Artikel Dunia Pendidikan

SangGuru Sejarah Kurikulum

Sejarah Kurikulum

belajar. 
In The Curriculum, the first textbook published on the subject, in 1918, John Franklin Bobbitt said that curriculim, as an idea, has its roots in the Latin word for race-course, explaining the curriculum as the course of deeds and experiences through which children become the adults they should be, for success in adult society. Furthermore, the curriculum encompasses the entire scope of formative deed and experience occurring in and out of school, and not experiences occurring in school; experiences that are unplanned and undirected, and experiences intentionally directed for the purposeful formation of adult members of society.



Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan dalam dunia pendidikan mengandung pengertian sebagai sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu tujuan pendidikan atau kompetensi yang ditetapkan. Sebagai tanda atau bukti bahwa seseorang akseptor didik telah mencapai standar kompetensi tersebut yakni dengan sebuah ijazah atau akta yang diberikan kepada akseptor didik. Menurut UU No 20 Tahun 2003 Sisdiknas (Bab I, Pasal I ayat 19) “Kurikulum yakni seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

Pada awal kala 20 terutama di Amerika muncul beberapa jenis organisasi kurikulun yang gres sebagai reaksi terhadap kurikulum subject matter yakni organisasi kurikulum paling tua. Pertentangan muncul antara subject matter dengan lawannya yakni activity curriculum. Dalam dunia pendidikan kita mengenal tiga jenis kurikulum yaitu subject matter curriculum, activity curriculum dan core curriculum.

Subject Matter Curriculum merupakan kurikulum yang tertua yaitu organisasi kurikulum berupa isi pendidikan dalam bentuk mata pelajaran (diklasifikasikan berdasarkan bidang keilmuan yang disusun berdasarkan kebutuhan akseptor didik), yang diberikan kepada para akseptor didik secara terpisah-pisah satu sama lain.  Kurikulum subject matter memiliki beberapa kelemahan antara lain terlalu fragmentalis (terpecah), mengabakan minat dan bakat sisiwa, penyusunan yang tidak efisien, mengabaikan duduk perkara sosial, gagal berbagi cara berpikir kreatif. Akibat kritikan tersebut maka dikembangkan beberapa kurikulum untuk menyempurnakan kurikulum subject matter antara lain Corelated Curriculum (kurikulum korelasi) yang dikembangkan oleh Herbat pada awal kala 19. Kurikulum ini menekankan adanya hubungan antara beberapa mata pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran, menyerupai Broad field Curriculum yang dipelopori oleh Thomas Huxley pada tahun 1969 di London dan di Amerika yang pertama kali muncul ada awal kala 20. Sedangkan di Indonesia semenjak tahun 1975 dalam kurikulum sudah menggunakan prinsip broadfield dengan berbagi bidang studi IPA,IPS, Bahasa, Matematika dan lain-lain.

Kurikulum acara (activity curriculum) disebut juga kurikulum proyek atau kurikulum pengalaman. Kurikulum ini pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat melalui sekolah percobaan yang dipimpin oleh John Dewey 1897 di Chicago. Perbedaan antara kurikulum subject matter dan activity curriculum yakni acara pendidikan ditujukan perhatiannya pada anak (child centre) bukan subject centre, berguru bersama merupakan hasil usaha perhatian bersama, tidak ada perencanaan yang mendahului, namun guru tetap bertanggung jawab terhadap beberapa peran penting yang menuntu perencanaan.

Kurikulum inti (core curriculum) yang berpadangan bahwa pendidik menawarkan tekanan kepada dua aspek yang berbeda yaitu: adanya reaksi terhadap mata pelajaran yang bercerai berai yang mengakumulasikan materi pengetahuan, perubahan konsep mengenai peran ssial pendidikan di sekolah. Ciri-ciri kurikulum ini yang membedakannya dengan dua kurikulum sebelumnya yakni menekankan pada inti nilai-nilai sosial, struktur kurikulum ini ditentukan oleh problem sosial dan pri-kehidupan sosial, ciri pokok dari kurikulum ini yakni bahwa belajar umum dibutuhkan bagi semua siswa. Kelemahan kurikulum ini yakni lebih menekankan pada lapangan sosial.
0 Komentar untuk "SangGuru Sejarah Kurikulum"

Back To Top