Artikel Dunia Pendidikan

Bimbinglah Saya Ke Jalan-Nya

Sudah sekian jam Budiman melayani Irma dalam chatting internet melalui akomodasi facebook messenger. Jari-jarinya mulai terasa pegal mengetikkan kata demi kata pada keypad hp androidnya. Seperti biasa percakapan messenger dari awal berjalan lancar dengan Irma yang berada nun jauh di seberang sana.

jarinya mulai terasa pegal mengetikkan kata demi kata pada keypad hp androidnya Bimbinglah Aku ke Jalan-Nya
Ilustrasi (pexels.com)

Namun alhasil Budiman jadi galau membaca isi percakapan Irma.. Pesan chatt yang ditulis Irma mulai berkembang menjadi tanda tanya.
“Mas Budi, boleh saya minta sesuatu?” tanya Irma berbasa basi.
“Minta apa, Irma?” Budiman balik bertanya.
“Boleh bukan?”
“Boleh, tapi jika mas mampu memenuhinya…”
“Jangan khawatir Mas Budi. Aku tidak meminta bahan koq…”
“Silahkan. Apa itu?”
“Bimbinglah saya ke jalan-Nya, Mas Budi…”
“Maksudmu, Irma?”
“Maaf mas Budi. Jujur saya akui jika saya ingin hidup bersamamu, mas. Bawalah saya dari Tanah Jawa ini ke Ranah Minang.
Bimbinglah saya ke jalan yang benar sebab mas Budi sudah tahu jika sebelum kita berjumpa di media umum ini saya seorang pendosa.
Mas Budi ternyata tetap mau berteman denganku di facebook ini hingga kini meskipun saya bukan perempuan baik-baik…”
Budiman terhenyak. Hp android nyaris terlepas dari tangannya. Seakan mimpi di siang bolong membaca ratifikasi Irma di papan chatt-nya.
“Bagaimana mas Budi? Kenapa Mas tidak membalasnya?”
Irma semakin mendesak untuk mengetahui tanggapan Budiman.
“Kalau Mas Budi diam, keberatan dan tidak mau memenuhi permintaanku, ya tidak apa-apa. Sebab saya juga tahu diri siapa aku,”
“Bukan begitu Irma. Bukankah kau tahu jika Mas sudah punya istri dan beberapa orang anak?”
“Iya, saya tahu mas. Tapi saya juga sudah tahu bahwa Mas dikecewakan dan ditinggalkan oleh kak Rina, istrinya mas…?” tukas Irma.
“Bukankah kau juga tahu usia kita terpaut jauh beberapa tahun, Irma?”
“Iya, mas. Aku sudah tahu. Tapi saya sudah siap untuk memulai hidup yang diredhoi Allah SWT bersamamu, Mas Budi…”
“Kamu akan menyesal kelak, Irma…” cetus Budiman.
“Kenapa begitu mas bilang?”
“Mas sudah gulung tikar sebab honor Mas sudah habis untuk membayar hutang,”
“Hanya sebab itukah mas bilang saya akan menyesal kelak? 
Supaya mas tahu saja, saya tak lagi memikirkan bahan calon suamiku. Orang kaya atau orang melarat. 
Yang penting bagiku, ada suami yang membimbingku ke jalan yag benar…”
Ya, ampuuun..!!! Benar-benar nekad nih orang! Budiman berkata dalam hatinya.
“Kalau mas tidak keberatan, saya akan menjual aset yang masih kupunya disini dan pindah ke Ranah Minang membangun perjuangan bersama Mas Budi. Apa mas masih meragukanku?
“Sungguhkah itu dari hati kecilmu, Irma?” Budiman menanyakan keseriusan Irma.
“Sungguh, mas Budi. Dan, jika mas Budi mau, saya akan memulainya dari kini untuk mewujudkan impianku itu…”
“Baiklah, mas akan coba mendekati bawah umur biar mereka juga bersedia menerimamu ada di tengah mereka,” ujar Budiman akahirnya pasrah.
“Semoga mas juga berhasil...” ***

Tag : Cerpen
0 Komentar untuk "Bimbinglah Saya Ke Jalan-Nya"

Back To Top