Artikel Dunia Pendidikan

Kertas Bertulis Yang Tercecer

 “Papa, tadi di jalan Acha menemukan kertas ini.” ujar Anisa memperlihatkan kertas yang ditemukannya ketika berjalan pulang sekolah. Agusri, sang papa hanya menanggapi dengan jawaban, “Oh ya?”  Tanpa menoleh barang sebentar. Namun ia masih asyik dengan pekerjaannya di depan meja komputer.

 tadi di jalan Acha menemukan kertas ini Kertas Bertulis yang Tercecer
Ilustrasi kertas bertulis (pexels.com)

Karena merasa papanya sibuk dengan pekerjaannya dan tak sanggup diganggu, Anisa menaruh kertas yang ditemukannya itu di meja kerja papanya.

Melihat sekilas kertas yang ditaruh putrinya di atas meja, Agusri berhenti bekerja. Sepertinya kertas temuan putrinya itu menarik perhatiannya.

Agusri tergerak hatinya untuk meraih dan memeriksanya. Kertas berlipat itu berwarna merah jambu dan sudah mulai kotor itu oleh bubuk jalanan.

“Sepertinya, kertas kecil ini diari seseorang yang tercecer,” Agusri membatin ketika membuka lipatan kertas berisi goresan pena yang ditulis tagan. Karena penasaran, Agusri membacanya dalam hati hingga tuntas…

Jumat, 20 Maret 2019
Setiap orang tidak ingin dikhianati oleh pasangannya termasuk diriku. Tapi rupanya setiap orang juga selalu mempunyai peluang untuk mendapatkan guratan tangan dikhianati. Dan, itu telah berjadi padaku.  

Aku bengong bisu ketika kedua anakku yang sudah berangkat remaja itu memberitahu bila mamanya berselingkuh. Mereka tidak tahan lagi menyimpan belakang layar ihwal kelakuan mamanya selama ini yang telah berselingkuh dengan laki-laki yang juga punya keluarga dan anak-anak.

Pengakuan anak-anakku, mereka semula akan menyimpan belakang layar ini untuk menghindari percekcokan papa dan mamanya. Namun mereka tak kuasa lagi menyimpan belakang layar itu. Suatu ketika belakang layar mama akan terbongkar.

Mereka tidak mau bila suatu ketika nanti mama mereka tertangkap tangan berselingkuh dan akan dikatakan Perebut Laki Orang. Sepandai apapun seseorang menympan yang busuk, lambat laun akan tertangkap tangan juga.

Aku berhasil meredam amarah ketika mendengar kedua anakku berterus terang. Kedua anakku meminta terlebih dulu biar saya berjanji untuk sabar dan tidak pribadi emosi ketika mendengar legalisasi mereka.

Sebaliknya kedua anakku juga berjanji akan berusaha untuk menegur mamanya yang telah melanggar norma susila tersebut.

Aku hanya mengurut dada dan bersabar. Tidak mengambil tindakan yang gegabah dan merugikan mental kedua anakku. Suatu ketika ketika mereka sudah remaja mungkin saya akan mengambil tindakan terhadap mamanya…Sekian.
Lihat juga cerpen: Antara Lima dan Empat
           Agusri bengong usai membaca goresan pena di kertas merah jambu itu.

          “Kasihan sang papa…” gumam Agusri sembari merobek kertas catatan yang tercecer itu menjadi kecil-kecil biar tidak sempat dibaca oleh putrinya, Anisa.

Tag : Cerpen
0 Komentar untuk "Kertas Bertulis Yang Tercecer"

Back To Top