Artikel Dunia Pendidikan

SangGuru Penilaian Hasil Belajar

 Penilaian Hasil Belajar


proses pembelajaran antara lain sebagai kegiatan menghimpun fakta-fakta dan dokumen berguru akseptor didik yang dapat mengemban amanah untuk melaksanakan perbaikan program, apabila kegiatan penilaian tersebut terjadi sebagai adegan dari kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian juga merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi, yaitu berita perihal akseptor didik. Program berguru akseptor didik dapat dilihat dengan melihat perkembangan hasil pribadi dan prestasi akseptor didik dan sekaligus dapat dibandingkan dengan akseptor didik lain dalam kelompoknya (Surapranata, dkk. 2012: 3). 

Nuryani (2012: 150), penilaian atau pengukuran hasil berguru sering dikaitkan dengan penialaian formatif dan penilaian sumatif, sementara penilaian  yang melibatkan proses belajar dikenal sebagai asesmen. Walaupun antara keduanya dapat dipertukarkan, sebetulnya ada perbedaan yang mendasar antara pengukuran dan asesmen. Pengukuran biasanya lebih menekankan hasil, jadi meninjau ke belakang atau yang sudah dilakukan, sedangkan asesmen melibatkan pengukuran dan sekaligus melihat potensi ke depan perseorangan siswa. 

Karena pada dasarnya, seseorang yang dikatakan belajar pasti mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku ini dipahami sebagai hasil dari belajar. Perubahan tingkah laku ini biasanya dinyatakan dalam bentuk serangkaian kemampuan-kemampuan yang dicapai siswa selama proses belajarnya. “Hasil berguru ialah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005: 22)”. Melalui hal tersebut dapat dipahami bahwa belajar berkaitan akrab dengan pengalaman belajar, karena siswa yang berada dalam proses belajar tentu menerima pengalaman belajar. Oleh karena itu, dalam proses belajar perlu memperhatikan hal-hal lain diluar materi ajar. Hal tersebut diberikan semata-mata semoga dapat mendukung pengalaman berguru siswa. Karena sebagaimana diketahui, bahwa kemampuan yang hendak dicapai dalam hasil berguru tidak hanya berkaitan dengan penghafalan teori.

Lebih spesifik lagi, kemampuan-kemampuan yang dimaksud dalam hasil berguru dijelaskan oleh pernyataan berikut, ”hasil berguru ialah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam banyak sekali aspek kehidupan sehingga tampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kualitatif (Siagian, 2012: 11)”. Melalui pendapat tersebut dapat dipahami, bahwa tolak ukur dari hasil belajar, meliputi perubahan yang terjadi pada pengetahuan, sikap dan keterampilan. 

Pendapat serupa terkait hasil belajar, dikemukakan oleh Anderson yang menyatakan bahwa, “karakteristik insan meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotorik dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif (dalam Rasyid dan Mansur, 2008: 13)”. Ketiga ranah tersebut senantiasa menjadi ukuran untuk menilai hasil belajar, walaupun pada dasarnya masing-masing ranah memiliki perincian sejumlah aspek. 

Pada sistem pendidikan formal, hasil berguru menjadi ukuran atas tercapainya tujuan dari proses belajar. Oleh karena itu, proses belajar perlu menerima penilaian atau evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan dari proses belajar. “Hasil berguru ialah hal yang diperoleh seseorang yang melaksanakan proses berguru dengan skala penilaian yang telah ditetapkan dengan mengukur tingkat kesuksesan belajar yang biasanya dilakukan dengan dukungan tes (Suprijadi, 2010: 129)”. Melalui penilaian yang biasanya berbentuk tes, nantinya akan menyampaikan pencapaian siswa selama menjalani proses belajar

Namun, perlu dipahami bahwa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik memiliki karakteristik tertentu sehingga tidak semua penilaian dapat dilakukan dengan tes. Aspek afektif dan psikomotorik biasanya dinilai secara non-tes, menggunakan skala sikap atau secara observasi, karena kaitannya dengan sikap dan nilai. ”Hasil berguru afektif dan psikomotorik ada yang tampak pada dikala proses belajar-mengajar berlangsung dan ada pula yang gres tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Sudjana, 2005: 33)”. Itulah sebabnya hasil berguru afektif dan psikomotorik sifatnya lebih luas, lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan siswa karena dapat secara pribadi mensugesti perilakunya.

Bahan Pustaka:

Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang. UM Press.
Rasyid, Harun dan Mansur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Wacana Prima: Bandung
Suprijadi, Didi.  Pengaruh Penggunaan Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar matematika Siswa Kelas VII 
         SMP Darussalam, Jakarta. Jurnal Ilmiah Faktor Exacta, Vol. 3 No. 2 Juni 2010. Univ. Indraprasta 
         PGRI
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Siagian, Roida Eva Flora dan Sri Dewi Saputri.  2012. Majalah Ilmiah Faktor. Maret-April 2012. Univ. 
             Indraprasta PGRI.
Tag : Pendidikan
0 Komentar untuk "SangGuru Penilaian Hasil Belajar"

Back To Top