Artikel Dunia Pendidikan

SangGuru Perkembangan Interaksi Sosial Remaja

Perkembangan Interaksi Sosial Remaja

. Perkembangan  sosial pada masa puber dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai  terbentuknya kelompok  teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua.

1. Kelompok Teman Sebaya
Percepatan  perkembangan pada masa puber bekerjasama dengan pemasakan seksual yang risikonya menimbulkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial. Sebelum memasuki masa remaja biasanya anak sudah bisa menjalin  hubungan yang erat  dengan sobat sebaya. Seiring dengan itu juga timbul kelompok bawah umur untuk bermain bersama atau membuat rencana bersama. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas  adalah  bahwa kelompok  tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang bekerjasama dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Sedangkan pada masa puber anak sudah mulai berani untuk melaksanakan kegiatan dengan lawan jenisnya dalam aneka macam kegiatan.

Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dengan kata lain, teman-teman atau tetangga seringkali ialah anggota kelompok remaja. Biasanya kelompoknya lebih heterogen daripada kelompok sobat sebaya. Misalnya  kelompok sobat sebaya pada masa remaja cenderung memiliki suatu campuran individu-individu dari  berbagai kelompok. Interaksi yang semakin intens menyebabkan kelompok bertambah kohesif. Dalam kelompok dengan kohesi yang berpengaruh maka akan berkembanglah iklim  dan norma-norma kelompok tertentu. Namun hal ini  berbahaya bagi pembentukan identitas dirinya. Karena pada masa ini ia lebih mementingkan perannya sebagai anggota kelompok daripada menyebarkan contoh pribadi. Tetapi terkadang adanya paksaan dari norma kelompok membuatnya sulit untuk membentuk keyakinan diri.


2. Melepas dari orang tua
Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang renta dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Sesudah mulainya pubertas timbul suatu diskrepansi yang besar antara kedewasaan jasmaniah dengan ikatan sosial pada milienu orang tua. Dalam keadaan menyerupai ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, diantaranya:

a. Perbedaan standar perilaku
Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern. Mereka mengharapkan biar orang tuanya mau mengikuti keadaan dengan perilakunya yang modern.

b. Merasa menjadi korban
Remaja sering merasa benci kalau status sosial ekonominya tidak memungkinkan mempunyai simbol status yang sama dengan sobat sebayanya. Seperti pakaian, sepatu, accecoris,dll. Pada usia  ini ia paling tidak suka kalau diperintah mengerjakan pekerjaan di rumah.

c. Prilaku yang kurang matang
Biasanya orang renta menyebarkan contoh menghukum bila para remaja mengabaikan tugas-tugas sekolah, melalaikan tanggung jawab dan jajan semaunya. Pelarangan dan menghukum  membuatnya benci kepada orang tua.

d. Masalah palang pintu
Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa beliau berhubungan, terutama dengan lawan jenis.

e. Metode  Disiplin
Jika metode disiplin yang diterapkan orang renta dianggap tidak adil atau kekanak-kanakan maka remaja akan memberontak. Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi kalau salah satu orang renta mayoritas daripada lainnya. Hal ini menyebabkan contoh bimbing cenderung otoriter.

Di Indonesia perkembangan remaja masih ada keterbatasannya. Di satu sisi walaupun ingin melepas dari orang renta  namun pada kebanyakan remaja awal masih tinggal bersama orang tua. Selain itu juga secara ekonomik  masih bergantung kepada orang tua.  Mereka juga belum bisa kawin, secara budaya kekerabatan seksual tidak diperkenankan sesuai dengan norma agama dan sosial, meskipun mereka sudah bisa mengadakan kencan-kencan dengan sobat lain jenis. Mereka  berusaha mencapai kebebasan dalam berpacaran. Mereka mempunyai kecenderungan yang sama untuk menghayati kebebasan tadi sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya. Hal ini berarti sebagai tanda kedewasaan, mereka mulai mengorbankan sebagian besar kekerabatan emosi mereka dengan orang renta mereka dalam usaha menjadi anggota kelompok sobat sebaya.

Menurut Maccoby (1984) sistem kekerabatan orang renta dan anak dalam keluarga berubah dari kekerabatan regulasi menjadi kekerabatan yang coregulasi., dimana dalam hal ini orang renta telah makin menunjukkan kebebasan untuk menentukan sendiri pada anak. Hal ini bukan berarti menghalangi kekerabatan yang koperatif antara orang renta dan anak-anaknya. Biasanya komunikasi yang terjalin dengan ibu jauh lebih akrab daripada dengan ayah. Komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan permasalahan dengan ayah perasaan remaja dalam hidup di masyarakat.

Pada anak wanita pelepasan ini agak lebih sukar hal ini disebabkan adanya interaksi antara sifat kewanitaannya dengan nilai-nilai masyarakat di sekelilingnya. Di Indonesia khususnya dalam masyarakat Jawa anak wanita diperlukan untuk mencintai orang renta dan keluarga dalam arti yang lebih,misalnya merawat, memelihara dan bertanggungjawab terhadap rumah dan keluarga. Namun demikian bukan berarti bahwa anak wanita tidak mempunyai kesempatan yang sama dalam masyarakat.

Dalam masa remaja awal ini , harapan untuk melepaskan diri dari orang renta  dengan maksud untuk menemukan dirinya sendiri. Menurut Erikson ditinjau dari pperkembangansosial  menamakan proses ini sebagai mencari identitas diri, yaitu menuju pembentukan identitas diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian.

Usaha remaja awal dalam mencapai ooriginalitasjuga sekaligus menunjukkan  pertentangan  terhadap orang cerdik balig cukup akal dan solidaritas terhadap sobat sebaya. Prinsip emansipasi memungkinkan bahwa kedua gerak antara menuju kemandirian dengan ketergantungan dengan orang renta menimbulkan  jarak antar generasi (generation gap).

Jarak  antar generasi yang dimaksudkan disini bukan berarti bahwa tidak ada kekerabatan baik. Memang pada kenyataannya pada usia anak menyerupai ini orang renta sering tidak mengerti melaksanakan hal-hal yang tidak menyerupai mereka harapkan. Biasanya pada ketika ini mulai muncul bibit-bibit pertentangan antara anak dan orang tua. Berdasarkan hasil penelitian perbedaan pendapat antara anak dan orang renta antara lain penampilan, pemilihan teman, jam pulang sekolah  yang tidak tepat, kurang hormat terhadap orang yang lebih tua, dll. Memang pada ketika ini remaja lebih progresif dibandingkan orang tuanya.
Tag : Pendidikan
0 Komentar untuk "SangGuru Perkembangan Interaksi Sosial Remaja"

Back To Top