Artikel Dunia Pendidikan

SangGuru Disfungsi Peran Keluarga

Disfungsi Peran Keluarga

Dalam sebuah surat kabar terdapat rencana yang akan dilakukan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah mengenai akan adanya bidang keayah-bundaan. Hal tersebut dirasa penting karena lembaga pendidikan formal tidak dapat lepas dari tugas serta orang renta atau keluarga. Karena sebagaimana dipahami untuk membentuk kepribadian seorang anak tidak dapat seutuhnya diserahkan pada sekolah.

Keluarga merupakan episode dari pondasi masyarakat. Keluarga memiliki tanggung jawab berbagi potensi anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sampai memiliki tugas serta dalam dinamika pembangunan masyarakat. “Karya tabiat dan moral yang tertua membuktikan bahwa masyarakat kehilangan kekuatannya kalau anggotanya gagal dalam melakukan tanggung jawab keluarganya (William, 1995:2)”. Melalui hal tersebut, dapat dipahami bahwa seseorang akan dapat berdinamika secara optimal dalam masyarakat, kalau ia memahami dinamika sosial yang ada di keluarga. Karena di dalam keluarga, anak dapat memahami adanya pembagian tugas dan fungsi, tanggung jawab, peraturan, yang semuanya merupakan dasar dalam dinamika kehidupan bermasyarakat.

Sebagai episode dalam pembangunan masyarakat, tidak hanya bidang sosial yang menempatkan keluarga sebagai episode yang vital, melainkan agama pun menempatkan keluarga sebagai hal yang vital. Mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama islam, tentu tidak abnormal lagi dengan konsep keluarga dalam islam, yakni sakinah, mawaddah dan rahmah yang sama artinya dengan keluarga harmonis. Islam menempatkan keluarga sebagai pondasi utama dalam pengembangan kualitas umat, melalui lahirnya generasi-generasi berkualitas. Generasi-generasi yang dibutuhkan dapat memiliki kegunaan bagi masyarakatnya, sehingga berperan serta dalam pembangunan masyarakat yang kokoh. Drs.H.Bgd.M.Leter menyatakan bahwa, rumah tangga merupakan kerangka landasan untuk tegak dan berdirinya suatu bangsa dalam pembangunan. Mustahil suatu masyarakat mampu terbangun dengan kuat dan kokoh tanpa bertumpu pada rumah tangga yang kuat dan kokoh, yakni rumah tangga sakinah, mawaddah dan rahmah (Samara).

Dalam mewujudkan keluarga yang harmonis atau Samara, rupanya bukan merupakan hal yang mudah. Karena keluarga sangat rentan terhadap konflik, yang menimbulkan tidak berjalannya tugas dan fungsi keluarga. William (1995:184), mengemukakan pendapatnya mengenai penyebab-penyebab terputusnya sistem tugas keluarga, yakni: 

1.Ketidaksahan, ini merupakan unit yang tak lengkap. Karena ayah atau ibu tidak menjalankan 
   perannya.
2.Perceraian, terputusnya keluarga disini disebabkan karena salah satu atau kedua pasangan itu 
   memutuskan untuk saling meninggalkan, dan demikian berhenti melakukan kewajiban 
    perannya.
3.“Keluarga selaput kosong”, disini anggota-anggota keluarga tetap tinggal bersama tetapi tidak 
    saling menyapa atau bekerja sama satu sama lain dan terutama gagal dalam memberi dukungan 
    emosional satu sama lain.
4.  Ketiadaan seorang dari pasangan karena hal yang tidak diinginkan, beberapa keluarga 
     terpecah karena sang suami atau istri meninggal, dipenjara atau lain hal.
5. Kegagalan tugas penting yang ‘tak diinginkan’, seorang suami atau istri mungkin menderita 
   penyakit jiwa. Penyakit yang parah dan terus-menerus mungkin juga menimbulkan kegagalan 
   dalam menjalankan tugas utama.

Tidak berjalannya tugas dan fungsi keluarga, sedikit-banyak akan besar lengan berkuasa terhadap anak-anak. William, menyatakan bahwa bawah umur yang dibesarkan dalam keluarga yang berbahagia lebih banyak kemungkinan tumbuh bahagia dan sehat secara psikologis. Kemudian, menurut penelitian Sheldon dan Elenaor (William, 1995:206) menyatakan bahwa dewasa yang badung relatif lebih mungkin berasal dari rumah tangga yang bercerai daripada yang utuh.

Namun, yang perlu dipahami disfungsi keluarga bukan hanya dapat terjadi karena terdapat permasalahan di dalamnya, ibarat perceraian. Karena keluarga yang utuh, namun tidak dapat menjalankan tugas dan fungsi masing-masing anggota keluarga akan berdampak negatif pula pada anak-anak. Keluarga tidak dapat lagi menyerahkan pendidikan hanya kepada sekolah. Keluarga sudah semestinya terlibat dalam pendidikan pada anak terutama berkaitan dengan hal-hal yang berlaku dalam norma kemasyarakatan.

Tag : Pendidikan
0 Komentar untuk "SangGuru Disfungsi Peran Keluarga"

Back To Top